Saturday 20 April 2013

Mencari jarum dalam tumpukan jerami



Cerita ini bermula terjadi ketika ada sekelompok sahabat yang meninggali sebuah pondok pesantren yang sangat modern untuk mencari sebah pengalaman. Berbeda dengan pondok pesantren seperti yang dikenal masyarakat umumnya. Kehidupan kami disana terasa sangat mengasikkan awalnya. Disini terasa bebas tanpa adanya peraturan yang mencolok dan tiada sanksi yang tegas dari pondok tersebut. Singkat cerita kami bernama Nadal, Tomas dan Anjar. Kami juga tidak tau kenapa kejadian ini menimpa kami. Dan singkat perkenalan aku Nadal, aku terkenal orang yang sangat pendiam diantara yang lainnya. Selain itu aku yang paling pandai menimpan uang. Temanku bernama Tomas adalah seorang yang ceroboh, dia paling boros soal uang dan yang terpenting adalah makan menurutnya. Temanku yang bernama Anjar ini adalah orang yang paling aktif diantara kami. Dia selalu ikut kegiatan kemahasiswaan di kampus kami. Disini kami bertemu dan berbaur  dengan berbagai macam manusia yang beraneka ragam sifat dan bentuknya.
Sampailah pada suatu hari kami di datangkan oleh sebuah masalah. Tertanya uang yang aku simpan hilang, aku lantas bertanya kepada kedua temanku Tomas dan Anjar. Mereka juga hendaknya benar-benar tidak mengerti kenapa aku bisa sampai kehilangan uangku tersebut. Aku sendiri tidak habis fikir dengan yang terjadi kepadaku ini. Padahal uang yang aku taruh itu sangat aman menurutku, namun entahlah aku juga tidak tau bisa sampai terjadi seperti itu. Aku bertanya kepada semua orang yang berad di sekitarku. Baru perrtama kalinya aku mengalami kejadian seperti ini. Aku juga sangat kecewa karena uang itu sendiri hendak aku jadikan sebuah modal usaha yang sangat menggiurkan. Aku tidak mengerti sesungguhnya sampai saat ini. Selang beberapa hari, temanku mengalami kejadian yang serupa dan berikutnya temanku yang satunya.
Akhirnya aku tidak tahan lagi dan melaporkan kejadian ini kepada sang pengurus. Aku juga tidak mendapatkan jawaban yang sangat pasti dari pihak pengurus tersebut. Aku akhirnya memutuskan untuk memurungkan diriku dan hanya bisa menuturkannya melalui tulisan demi tulisan yang bisa aku lontarkan. Aku berfikir, mengapa hal seperti ini dapat terjadi, padahal kami berada di pesantren yang katanya itu anak-anaknya jjur dan beragama seperti itulah. Kalau aku menuduh seseorang dalam penuduhanku aku sendiri tidak tau pasti siapa yang mngambil uang kami tersebut, hal ini membingungkan. Layaknya mencari jarum di tumpukan jerami. Hal ini memungkinkan untuk dicari, namun di suatu sisi lain juga tidak mudah untuk mencarinya. Akhirnya dari pada aku harus menusuk hidung seekor kerbau, lebih baik aku hanya diam. Darri sinilah aku mendapat sebuah pelajaran yang sangat berharga dalam hal ini untuk lebih lagi berhati-hati lagi terhadap dunia yang kejam ini dan tidak terlalu polos dengan keadaan sekitarku karena aku sendiri terpancing dalam keadaan  sekitarku sendiri.
            Andai aku bisa melihat apa yang terjadi, aku tidak akan marah pada orang yang mengambilnya. Hanya saja sangat kecewa karena telah menyiakan kebaikan dan kepercayaan yang telah aku berikan. Aku hanya berharap ada burung terbang yang pulang kembali ke sangkarnya. Walau aku tau itu tidak mungkin terjadi. Aku berimajinasi ketika aku menemukan burung yang lepas dari sangkar itu kembali dengan jarum yang aku cari dalam tumpukan jerami tersebut. Amin…..

No comments:

Post a Comment