Cerita ini bermula terjadi ketika
ada sekelompok sahabat yang meninggali sebuah pondok pesantren yang sangat
modern untuk mencari sebah pengalaman. Berbeda dengan pondok pesantren seperti yang dikenal masyarakat
umumnya. Kehidupan kami disana terasa sangat mengasikkan awalnya. Disini terasa bebas tanpa adanya peraturan yang
mencolok dan tiada sanksi yang tegas dari pondok tersebut. Singkat cerita kami
bernama Nadal, Tomas dan Anjar. Kami juga tidak tau kenapa kejadian ini menimpa
kami. Dan singkat perkenalan aku Nadal, aku terkenal orang yang sangat pendiam
diantara yang lainnya. Selain itu aku yang paling pandai menimpan uang. Temanku
bernama Tomas adalah seorang yang ceroboh, dia paling boros soal uang dan yang
terpenting adalah makan menurutnya. Temanku yang bernama Anjar ini adalah orang
yang paling aktif diantara kami. Dia selalu ikut kegiatan kemahasiswaan di
kampus kami. Disini kami bertemu dan berbaur
dengan berbagai macam manusia yang beraneka ragam sifat dan bentuknya.
Sampailah pada suatu hari kami di
datangkan oleh sebuah masalah. Tertanya uang yang aku simpan hilang, aku lantas
bertanya kepada kedua temanku Tomas dan Anjar. Mereka juga hendaknya
benar-benar tidak mengerti kenapa aku bisa sampai kehilangan uangku tersebut.
Aku sendiri tidak habis fikir dengan yang terjadi kepadaku ini. Padahal uang
yang aku taruh itu sangat aman menurutku, namun entahlah aku juga tidak tau
bisa sampai terjadi seperti itu. Aku bertanya kepada semua orang yang berad di
sekitarku. Baru perrtama kalinya aku mengalami kejadian seperti ini. Aku juga sangat
kecewa karena uang itu sendiri hendak aku jadikan sebuah modal usaha yang
sangat menggiurkan. Aku tidak mengerti sesungguhnya sampai saat ini. Selang
beberapa hari, temanku mengalami kejadian yang serupa dan berikutnya temanku
yang satunya.
Akhirnya aku tidak tahan lagi dan
melaporkan kejadian ini kepada sang pengurus. Aku juga tidak mendapatkan
jawaban yang sangat pasti dari pihak pengurus tersebut. Aku akhirnya memutuskan
untuk memurungkan diriku dan hanya bisa menuturkannya melalui tulisan demi tulisan
yang bisa aku lontarkan. Aku berfikir, mengapa hal seperti ini dapat terjadi,
padahal kami berada di pesantren yang katanya itu anak-anaknya jjur dan
beragama seperti itulah. Kalau aku menuduh seseorang dalam penuduhanku aku
sendiri tidak tau pasti siapa yang mngambil uang kami tersebut, hal ini
membingungkan. Layaknya mencari jarum di tumpukan jerami. Hal ini memungkinkan
untuk dicari, namun di suatu sisi lain juga tidak mudah untuk mencarinya.
Akhirnya dari pada aku harus menusuk hidung seekor kerbau, lebih baik aku hanya
diam. Darri sinilah aku mendapat sebuah pelajaran yang sangat berharga dalam
hal ini untuk lebih lagi berhati-hati lagi terhadap dunia yang kejam ini dan
tidak terlalu polos dengan keadaan sekitarku karena aku sendiri terpancing
dalam keadaan sekitarku sendiri.
Andai
aku bisa melihat apa yang terjadi, aku tidak akan marah pada orang yang
mengambilnya. Hanya saja sangat kecewa karena telah menyiakan kebaikan dan
kepercayaan yang telah aku berikan. Aku hanya berharap ada burung terbang yang
pulang kembali ke sangkarnya. Walau aku tau itu tidak mungkin terjadi. Aku berimajinasi
ketika aku menemukan burung yang lepas dari sangkar itu kembali dengan jarum
yang aku cari dalam tumpukan jerami tersebut. Amin…..
No comments:
Post a Comment