Dalam Al-Quran,
surat Al-Fatihah tercatat sebagai surat ke 1, yang terdiri dari 7 ayat. Secara
umum, ayat demi ayat serta surat demi surat yang ada dalam Al-Qur’an
memanglah penting. Ia tetap menjadi landasan spiritual yang urgen (hal yang sangat penting) bagi setiap muslim. Keseluruhan huruf demi huruf yang ada dalam Al-Qur’an
menjadi pegangan teologis kaum muslimin yang tidak bisa ditawar lagi. Namun,
secara spesifik, surat Al-Fatihah memiliki banyak “kelebihan” dibanding dengan surat-surat
lain. Atau setidaknya, ia memiliki keistimewaan berbeda dibandingkan dengan
keistimewaan surat lain.
Sekedar menyebut salah satu keistimewaan surat
Al-Fatihah adalah bahwa ia merupakan satu-satunya surat yang wajib dibaca saat
seorang muslim melakukan shalat dan shalat sendiri merupakan satu-satunya
format ibadah vertikal yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Nabi Muhammad
Saw bahkan bersabda bahwa shalat seorang muslim tidak sah jika tidak membaca
surat Al-Fatihah (Lâ sholâta liman lam yaqra’ bi-fâtihatil Kitâbi). Dalam kesempatan lain, Nabi Saw juga menyatakan bahwa Al-Fatihah
merupakan induk Al-Qur’an (Ummul-Qur’ân). Masih banyak lagi sabda Nabi
Muhammad Saw yang intinya, menegaskan kelebihan surat Al-Fatihah
dibanding surat-surat lain dalam Al-Qur’an.
Mengapa surat Al-Fatihah begitu urgen dan
exclusive. Jika ditinjau dari sisi contains, materi yang dibicarakan atau
tepatnya dinasehatkan dalam surat Al-Fatihah ternyata sangatlah penting,
khususnya bagi proses rekonstruksi teologi kaum muslimin atau bahkan manusia
keseluruhannya.
Berikut ini sedikit keterangan materi surat al-Fatihah dari ayat
per ayat.
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÊÈ
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang”.
Ayat pertama ini menegaskan pentingnya penyebutan atau tepatnya
pengakuan manusia atas kuasa Tuhan, atas keesaan-Nya dan atas segala kebesaran-Nya.
Manusia diajarkan dan diharuskan mengakui ke-Maha Pemurah-an Tuhan dan ke-Maha Penyayangan-Nya. Di
sini, pengakuan-pengakuan itu merupakan harga mati atas setiap manusia. Jadi,
ayat ini bukan sekedar mengajarkan ‘penyebutan’ universal
atas [nama] Tuhan, melainkan deklarasi atas kebesaran-Nya, yang pada ayat itu
direpresentasikan melalui lafadz ar-rahmân dan ar-rahîm.
ßôJysø9$# ¬! Å_Uu úüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ
“Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”.
Setelah manusia mengakui segala kebesaran
Tuhan, maka pada ayat kedua ini Tuhan melalui surat Al-Fatihah menasehatkan
manusia supaya melakukan pendekatan pribadi kepada-Nya, yaitu dengan cara
memuji-Nya. Ini adalah langkah pertama yang
harus dilakukan manusia setelah ia menegaskan pengakuan tadi. Sebenarnya,
kebesaran Tuhan tidaklah berkurang tanpa pujian manusia dan segenap makhluk,
dan kebesaran-Nya pun tidak pula bertambah dengan adanya pujian-pujian itu. Dengan
demikian, ayat ini sebenarnya lebih menekankan kepada pengajaran [at-Ta’lîm]
dan pendidikan [at-Tarbiyah] kepada manusia, agar dia mampu
berkomunikasi dengan Tuhan yang telah dikenalnya tadi.
Pujian kepada Tuhan bukan tanpa sebab. Ia adalah pujian atas seluruh
kenikmatan yang telah diterima manusia. Kenikmatan terbesar dari Tuhan kepada
manusia, pada titik ini, adalah kenikmatan berupa pengetahuan manusia atas
Tuhannya. Ia bukan kenikmatan dalam arti sempit seperti limpahan rezeki
material dan semacamnya. Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, sebagaimana
disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan hamida-nî
‘abdî, hambaku telah memujiku. Dan menurut Nabi
Muhammad Saw, pada saat hamba mengucapkan ayat ini, maka hamba tersebut bersyukur kepada Tuhan,
sehingga Tuhan pun akan menambahi rezekinya.
Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$# ÇÌÈ
“Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang”.
Pengulangan pujian ini untuk sebuah penegasan. Ar-Rahmân bermakna
[Tuhan] yang Maha Pemurah, atau Pengasih. Dia mengasihi seluruh makhluk yang
ada di dunia, baik yang beriman atau yang bukan. Sedangkan ar-Rahîm bermakna
mengasihi seluruh orang-orang yang beriman kelak di akhirat.
Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan atsnâ ‘alayya ‘abdî, hambaku telah memuji kepadaku.
Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan atsnâ ‘alayya ‘abdî, hambaku telah memuji kepadaku.
Å7Î=»tB ÏQöqt ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ
“Yang
menguasai hari Pembalasan”.
Pengakuan sekaligus juga pujian, bahwa hanya Tuhanlah yang berkuasa
pada hari kiamat. Ini merupakan pujian ketiga berturut-turut, dan begitulah
pendidikan dari Tuhan kepada manusia.
Pada saat seorang hamba membaca ayat ini,
sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan
majida-nî ‘abdî, hambaku telah memujiku.
x$Î) ßç7÷ètR y$Î)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ
“Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”.
Setelah mengajari manusia tentang metode pendekatan terhadap Tuhan,
beberapa pujian serta penegasan tentang sesembahan, barulah Tuhan mengajarkan
bahwa setelah manusia melakukan hal itu semua, maka manusia diberi “kesempatan”
untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Dan pertolongan serta permintaan
itu dilakukan manusia hanya ditujukan kepada Tuhan, bukan yang lain.
Maka tepatlah kalau Tuhan menggunakan kalimat
wa Iyyâka Nasta’în, yang berarti dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.
Pada saat seorang hamba membaca ayat kelima ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan hadza baynî wa bayna ‘abdî, wa li-‘abdî mâ sa-ala, ini adalah [urusan] antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku, [kuberikan] apapun yang dia minta.
Pada saat seorang hamba membaca ayat kelima ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan hadza baynî wa bayna ‘abdî, wa li-‘abdî mâ sa-ala, ini adalah [urusan] antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku, [kuberikan] apapun yang dia minta.
Sampai pada ayat ini, kita sebenarnya sudah bisa menangkap sebagian
falsafah dari surat al-Fatihah. Ringkasnya, hingga ayat ke 5 ini, adalah
sebagai berikut :
[i] manusia hendaklah mengenal Tuhannya, dan menjadikan Tuhannya
sebagai satu-satunya elemen penting dalam melakukan sesuatu.
[ii] manusia hendaklah melakukan pujian-pujian terhadap Tuhannya.
Ia tentu bukan bermakna sekedar pujian secara oral, melainkan meliputi juga
pengakuan penuh dari lubuk qalbu manusia atas segala kebesaran dan keagungan
Tuhan. Pujian-pujian itu merupakan alat untuk melakukan pendekatan-pendekatan.
[iii] setelah melakukan pujian-pujian, manusia
meneguhkan diri bahwa kepada Tuhan-lah ia menyembah, dan sama sekali tidak
melakukan sesembahan atau pengagungan kepada yang lain.
[iv] setelah mengenal Tuhannya, melakukan
pujian dan pendekatan-pendekatan, serta peneguhan ketuhanan sang Tuhan, maka
manusia menyatakan diri bahwa hanya kepada-Nya pula para manusia melakukan
permintaan dan pertolongan.
$tRÏ÷d$# xÞºuÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ
“Tunjukilah
Kami jalan yang lurus”
Pengajaran Tuhan selanjutnya; manusia tidak bisa berbuat sombong,
oleh karenanya ia diajarkan untuk selalu memohon dan meminta, yang dalam hal
ini adalah permintaan untuk sebuah kebenaran. Dan hanya kepada Tuhan sajalah
manusia itu memohon kebenaran. Makna kebenaran atau jalan yang lurus di sini
tentulah tidak sederhana, namun ia disimplifikasi pada ayat berikutnya.
xÞºuÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã Îöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ wur tûüÏj9!$Ò9$# ÇÐÈ
“(yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
Kenikmatan Tuhan hanyalah diberikan kepada orang-orang yang Dia
kehendaki, dan itu bukanlah kepada orang-orang yang dimurkai dan yang memilih
jalan sendiri. Abdullah ibn Abbas menyebutkan bahwa orang-orang yang telah
dianugerahi kenikmatan oleh Tuhan, di antaranya, adalah para nabi dan
orang-orang yang saleh, orang yang bersih jiwanya.
Pada saat seorang hamba membaca ayat keenam
dan ketujuh, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya
dengan ucapan sama dengan pada ayat kelima “hadza baynî wa bayna ‘abdî, wa
li-‘abdî mâ sa-ala”, ini adalah [urusan] antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi
hamba-Ku, [kuberikan] apapun yang dia minta.
No comments:
Post a Comment