Tokoh-tokoh
bani umayyah timur
1. Muawiyah
ibn Abi Sufyan (661-680M)
Muawiyah bernama asli muawiyah bin abi sufyan bin
sakhar bin harb bin umayyah bin abdi al- syams bin abdi al- manaf bin qusai
al-qurasyi al-umawi.[1]
Beliau dilahirkan dari sepasang suami istri yang bernama abu sofyan bin harb
dan hindun binti utbah. Muawiyah diangkat menjadi pemimin pada umur 77 tahun
dan menjadi khalifah pertama dalam sejarah bani umayyah. Hal ini terjadi karena adanya perang siffin
yang memerkokoh posisi muawiyah dari khalifah ali bin abu thalib. Kalau kita
tarik mundur maka muawiyyah pertama masuk islam pada peristiwa umrah qadha
namun beliau menyembunyikan keislamannya sampai peristiwa Fathu Makkah.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, muawiyah ditugaskan
sebagai penuis wahyu. Pada masa khulafa
ar-rasyidin muawiyah diangkat sebagai salah satu panglima perang dibawah
komando utama Abu Ubaidah bin Jaharrah. Beliau berhasil menaklukan Palestina,
Surriyah, dan Mesir dari tangan Imperium Romawi Timur.[2]
Kemenangan demi kemenangan muawiyah dapatkan pada masa kekhalifahan Umar bin
Khatab. Pada saat pemerintahan Utsman bin Affan yang menjadi khalifah muawiyah
diangkat sebagai gubernur pada wilayah Syiriyah dan Palestina yang berkedudukan
di Damaskus menggantikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun pada masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib terjadi beberapa konflik antara kaum muslimin yang
menyebabkan pacahnya pendukung Ali dan Ali bin Abi thalib terbunuh karena
konflik tersebut.
Setelah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kekuasaan
tertinggi dipegang oleh anaknya yaitu Hasan bin Ali. Namun karena keadaan yang
tidak menentu, setelah tiga bulan akhirnya Hasan mengundurkan diri dan
menyerahkan jabatan khalifah terhadap Muawiyah. Muawiyah sering dikenal dengan
negarawan sekaligus politikus yang sangat cerdik.
2. Abdul
Al- Malik bin Marwan (685-705M).
Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah ke-5 dari
Dinasti Umayyah. Beliau menjabat sebagai khalifah pada usia 39tahun. Beliau
menjadi khalifah atas wasiat ayahanda, Marwan bin Hakam. Selama 21 tahun beliau
berkuasa, dan menjadi khalifah yang perkasa, negarawan yang berwibawa, serta
mampu memulihkan kesatuan kaum muslim. Semasa kepemimpinannya beliau berhasil
menundukan Balkh (Afganistan), Bukhara (Uzbekistan), Khawariz, Ferghana, dan
Samarkand.[3]
Setelah itu Abdul Malik menyerang Romawi untuk merebut Asia kecil dan Armenia,
bersamaan dengan ini Abdul Malik mengirim pasukan berkuda menuju Afrika Utara
dengan dibantu oleh pasukan dari Mesir dan Libiya.
Akhirnya pasukan berhasil menduduki Benteng Kartago
dan berhasil menghalau pasukan Barbar dibawah pimpinan Ratu Kahina di wilayah
Al-Jazair. Ratu Kahina tertangkap dan diberi hukuman mati. Ketika kaum
muslimini mengalami kemenangan dan kemenangan dalam pertempuran khalifah Abdul
Malik bin Marwan wafat. Kemudian selain itu beliau juga menjadikan bahasa arab
adalah bahasa resmi dalam administrator.[4]
Dalam sejarah, Abdul Malik dikenal dengan julukan “Abdul Muluk” atau ayah dari
para khalifah.[5]
3. Al-
Walid bin Abdul Malik (705-715M)
Setelah Abdul Malik wafat kekhalifahan jatuh pada
anak sulungnya yaitu Al- Walid ibn Abdul Malik. Seperti yang dilakukan oleh
ayahnya Abdul Malik, Al- Walid melanjutkan pemerintahan yang efektif. Beliau
mengmbangkan sistim kesejahteraan, mmbangun rumah sakit, institusi pendidikan,
dan langkah-langkah untuk apresiasi seni. Beliau termasuk kedalam seorang
penggemar berat seni, hal ini terbukti dalam hal pembangunan kembali Masjid
Nabawi di Madianah pada tahun 706 M. beliau juga mengubah Basilika Kristen St.
Yohanes Pembaptis menjadi sebuah masjid yang sangat megah yang dewasa ini
dikenal dengan Masjid Agung Damaskus atau Masjid Umayyah. Selain itu Al- Walid
termasuk orang yang murah hati, karya yang paling terbesar untuk negrinya ialah
beliau mengumpulkan anak-anak yatim, kemudian diberikannya jaminan kehidupan
yang layak dan pendidikan untuk mereka. Bagi orang yang cacat diberikan
pelayanan khusus dan bagi orang yang buta (Tunanetra) disediakannya alat
bantu tongkat untuk membantu ereka berjalan.
Dibalik kesuksesan Al- Walid ternyata ada sesosok sentral
yang sangat sentral berjasa dalam perluasan dan kekuatan pemerintahan umayyah,
seorang ini juga yang berada di balik kesuksesan ayah Al- Walid dulu yaitu
Abdul Malik. Beliau adalah Al- Hajaj, dalam pemerintahan Al- Walid belia berhasil
menaklukan Transoxiana (706M), Sindh (712M), sebagian Perancis (711M), Punjab
dan Khawarizm (712M) Kabul (713M), Tus (715M), Spanyol (711M) dan tempat
lainnya.[6]
4. Umar
ibn Abdul Al-Aziz ( 717-720M)
Umar ibn Abdul Al-Aziz adalah khalifah setelah
Sulaiman bin Abdul Malik. Beliau menjadi khalifah setelah menerima surat wasiat
setelah sepupunya Sulaiman bin Abdul Maik wafat.[7]
Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan dan ibunya bernama Laela bin ashim, Umar
ini adalah cicit dari Khulafah Ar-Rasyidin kedua yaitu Umar bin Khatab.[8]
Setelah beliau maju sebagai khalifah yang baru, beliau berhasil meredam pasukan
oposisi anarkis dan berujung membaik pada saat ia menjabat. Ketika beliau
dinobatkan menjadi kalifah ia pernah berkata, seperti yang saya kutip dalam
buku sejarah peradaban islam karya Dr. Badri Yatim, M.A, “memperbaiki dan
meningkatkan negri yang berada dalam wilayah islam lebih baik dari pada menmbah
perluasannya”.[9]
Walau masa pemerintahannya terhitung singkat namun beliau berhasil menjalin
hubungan baik dengan golongan Syi’ah, beliau juga memberi kebebasan untuk
penganut agama lain untuk menjalankan ibadahnya sesuai degan keyakinan dan
kepercayaannya masing-masing, dan juga meringankan pajak. Banyak yang
menganggap beliau ini sebagai khuafah Ar-Rasyidin ke-5, karena sikap beliau
yang hamper mewarisi mendiang kakeknya
khalifah Umar bin Khatab.
5. Hisyam
bin Abdul Al-Malik (724-743M)
Hisyam bin Abdul Al-Malik adalah kalifah ke-10 dalam
pemerintahan Bani Umayyah. Dalam masa pemerintahannya beliau cukup lama
menjabat sebagai khalifah yaitu berkira 18-19 tahun. Selama beliau menjabat
banyak sekali perlawanan dari para pemberontak, walau Hisyam terkenal sangat
kuat dan terampil.[10]
Banyak hal yang dilakukan oleh khalifah Hasyim, seperti halnya saudara Al-Walid
I, beliau merupakan pelindung seni yang besar sehingga mengakibatkan
berkembangnya seni itu di negaranya. Selain itu ia juga membangun banyak
sekolah-sekolah, mengawasi penerjemahan karya-karya besar sastra dan ilmiah
kedalam bahasa arab dan yang terpenting dapat mempersatukan garis keturunan
Umayyah. Dalam bidang militer beliau berhasil merredam kepemimpinan hindu
dibawah pemerintahan Jai Signh di Sind, hal ini juga yang membuat Daulah
Umayyah menegaskan kembali kekuasaannya di India.
Dalam penyerangannya ke wilayah Prancis Selatan,
Khalifah Hisyaam mengutus panglimanya yang bernama Anbas bin Syuhain sebagai
gubernur di daerah Andalusia menggantikan Sammah bin Malik Al-Khaulani yang
gugur. Dengan kekuatan yang besar panglima Anbas percaya diri dengan menyebrang
ke pegunungan Pyren dan menaklukan wilayah Nanbonne di Selatan Prancis.
Selanjutnya ia meju ke Marseilles dan Avignon serta Lyon, menerobos wilayah
Burgundy.[11] Kemenagan
demi kemaenangan manambah kepercayaan diri Anbas sampailah kedaerah benteng
sens letaknya sekitar 100 mil dari Paris ibu kota Neustria kala itu. Namun
Karel Martel yang menjabat pejabat kala itu menghadang pasukan kaum muslim.
Pasukan muslim pimpinan panglima Anbas kalah, panglima Anbas gugur dan
pasukannya bertahan dalam Parancis Selatan.berita ini sampai ke Damaskus dan
terdengar oleh Khalifah Hisyam. Khalifah Hisyam segera menunjuk pangima
Al-Ghafiqi yang langsung menggantikan panglima Anbas yang gugur sebelumnya. Enam
than setelah beliau menjabat sebagai panglima akhirnya beliau berhasil memukul
mundur pasukan Karel Matel. Sejak saat itu nama panglima Al- Ghafiqi tersebar
luas dikalangan rakyat Eropa. Karel Martel dan Raja Teodorick IV menyuruh
seluruh warga Eropa untuk memberikan perlawanan kepada kaum muslimin sehingga
menyebabkan panglima Al- Ghafiqi gugur.
Khalifa Hisyam wafat dalam usia 55 tahun, mananya
cukup harum dalam sejarah peradaban islam, karena dalam ketegasannya beliau
senantiasa mendengarkan nasihat dari para ulama. Sepeninggalan Khalifah Hisyam
wafat para pemimpin Daulah Umayyah tidak hanya lemah namun juga bermoral
rendah, disisi lain gerakan oposisi bertambah kuat. Sehingga pada masa
pemerintahan khalifah terakhir Daulah Umayyah yaitu Marwan bin Muhammad pada
750 M Daulah Umayyah jatuh dan digantikan oleh Daulah baru yaitu Daulah
Abbasiyah.
[1]
Endah cute, 2012. Biografi khalifah muawiyyah. Ndahrahmadhani.blogspot.com.
[2]
Ibid.
[3]
Yatim, Badri. 2010. Sejarah peradaban islam. Jakarta. PT. Raja Grafindo, Halaman 43.
[4]
Aditya, Bayu. 2007. Sejrah keluarga bani umayyah. Bayuah.blogspot.com
[5]
Endah cute, 2012. Biografi khalifah abdul malik. Ndahrahmadhani.blogspot.com.
[6]
Id.wikipedia.com
[7]
Hafazli. 2011, Umar bin Abdul Al- Aziz history bani umayyah.
Hafazli.blogspot.com
[8]
Ibid.
[9]
Yatim, Badri. 2010. Sejarah peradaban islam. Jakarta. PT. Raja Grafindo, Halaman 47.
[10]
Badri Hasyim. Ibid. halaman 47.
[11]
Republika.co.id