Sunday 24 February 2013

5 tokoh bani umayah timur


Tokoh-tokoh bani umayyah timur

1.      Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680M)

Muawiyah bernama asli muawiyah bin abi sufyan bin sakhar bin harb bin umayyah bin abdi al- syams bin abdi al- manaf bin qusai al-qurasyi al-umawi.[1] Beliau dilahirkan dari sepasang suami istri yang bernama abu sofyan bin harb dan hindun binti utbah. Muawiyah diangkat menjadi pemimin pada umur 77 tahun dan menjadi khalifah pertama dalam sejarah bani umayyah.  Hal ini terjadi karena adanya perang siffin yang memerkokoh posisi muawiyah dari khalifah ali bin abu thalib. Kalau kita tarik mundur maka muawiyyah pertama masuk islam pada peristiwa umrah qadha namun beliau menyembunyikan keislamannya sampai peristiwa Fathu Makkah.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, muawiyah ditugaskan sebagai penuis wahyu.  Pada masa khulafa ar-rasyidin muawiyah diangkat sebagai salah satu panglima perang dibawah komando utama Abu Ubaidah bin Jaharrah. Beliau berhasil menaklukan Palestina, Surriyah, dan Mesir dari tangan Imperium Romawi Timur.[2] Kemenangan demi kemenangan muawiyah dapatkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab. Pada saat pemerintahan Utsman bin Affan yang menjadi khalifah muawiyah diangkat sebagai gubernur pada wilayah Syiriyah dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus menggantikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib terjadi beberapa konflik antara kaum muslimin yang menyebabkan pacahnya pendukung Ali dan Ali bin Abi thalib terbunuh karena konflik tersebut.

Setelah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kekuasaan tertinggi dipegang oleh anaknya yaitu Hasan bin Ali. Namun karena keadaan yang tidak menentu, setelah tiga bulan akhirnya Hasan mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah terhadap Muawiyah. Muawiyah sering dikenal dengan negarawan sekaligus politikus yang sangat cerdik.

2.      Abdul Al- Malik bin Marwan (685-705M).

Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah ke-5 dari Dinasti Umayyah. Beliau menjabat sebagai khalifah pada usia 39tahun. Beliau menjadi khalifah atas wasiat ayahanda, Marwan bin Hakam. Selama 21 tahun beliau berkuasa, dan menjadi khalifah yang perkasa, negarawan yang berwibawa, serta mampu memulihkan kesatuan kaum muslim. Semasa kepemimpinannya beliau berhasil menundukan Balkh (Afganistan), Bukhara (Uzbekistan), Khawariz, Ferghana, dan Samarkand.[3] Setelah itu Abdul Malik menyerang Romawi untuk merebut Asia kecil dan Armenia, bersamaan dengan ini Abdul Malik mengirim pasukan berkuda menuju Afrika Utara dengan dibantu oleh pasukan dari Mesir dan Libiya.

Akhirnya pasukan berhasil menduduki Benteng Kartago dan berhasil menghalau pasukan Barbar dibawah pimpinan Ratu Kahina di wilayah Al-Jazair. Ratu Kahina tertangkap dan diberi hukuman mati. Ketika kaum muslimini mengalami kemenangan dan kemenangan dalam pertempuran khalifah Abdul Malik bin Marwan wafat. Kemudian selain itu beliau juga menjadikan bahasa arab adalah bahasa resmi dalam administrator.[4] Dalam sejarah, Abdul Malik dikenal dengan julukan “Abdul Muluk” atau ayah dari para khalifah.[5]

3.      Al- Walid bin Abdul Malik (705-715M)

Setelah Abdul Malik wafat kekhalifahan jatuh pada anak sulungnya yaitu Al- Walid ibn Abdul Malik. Seperti yang dilakukan oleh ayahnya Abdul Malik, Al- Walid melanjutkan pemerintahan yang efektif. Beliau mengmbangkan sistim kesejahteraan, mmbangun rumah sakit, institusi pendidikan, dan langkah-langkah untuk apresiasi seni. Beliau termasuk kedalam seorang penggemar berat seni, hal ini terbukti dalam hal pembangunan kembali Masjid Nabawi di Madianah pada tahun 706 M. beliau juga mengubah Basilika Kristen St. Yohanes Pembaptis menjadi sebuah masjid yang sangat megah yang dewasa ini dikenal dengan Masjid Agung Damaskus atau Masjid Umayyah. Selain itu Al- Walid termasuk orang yang murah hati, karya yang paling terbesar untuk negrinya ialah beliau mengumpulkan anak-anak yatim, kemudian diberikannya jaminan kehidupan yang layak dan pendidikan untuk mereka. Bagi orang yang cacat diberikan pelayanan khusus dan bagi orang yang buta (Tunanetra) disediakannya alat bantu tongkat untuk membantu ereka berjalan.

Dibalik kesuksesan Al- Walid ternyata ada sesosok sentral yang sangat sentral berjasa dalam perluasan dan kekuatan pemerintahan umayyah, seorang ini juga yang berada di balik kesuksesan ayah Al- Walid dulu yaitu Abdul Malik. Beliau adalah Al- Hajaj, dalam pemerintahan Al- Walid belia berhasil menaklukan Transoxiana (706M), Sindh (712M), sebagian Perancis (711M), Punjab dan Khawarizm (712M) Kabul (713M), Tus (715M), Spanyol (711M) dan tempat lainnya.[6]

4.      Umar ibn  Abdul Al-Aziz ( 717-720M)

Umar ibn Abdul Al-Aziz adalah khalifah setelah Sulaiman bin Abdul Malik. Beliau menjadi khalifah setelah menerima surat wasiat setelah sepupunya Sulaiman bin Abdul Maik wafat.[7] Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan dan ibunya bernama Laela bin ashim, Umar ini adalah cicit dari Khulafah Ar-Rasyidin kedua yaitu Umar bin Khatab.[8] Setelah beliau maju sebagai khalifah yang baru, beliau berhasil meredam pasukan oposisi anarkis dan berujung membaik pada saat ia menjabat. Ketika beliau dinobatkan menjadi kalifah ia pernah berkata, seperti yang saya kutip dalam buku sejarah peradaban islam karya Dr. Badri Yatim, M.A, “memperbaiki dan meningkatkan negri yang berada dalam wilayah islam lebih baik dari pada menmbah perluasannya”.[9] Walau masa pemerintahannya terhitung singkat namun beliau berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah, beliau juga memberi kebebasan untuk penganut agama lain untuk menjalankan ibadahnya sesuai degan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing, dan juga meringankan pajak. Banyak yang menganggap beliau ini sebagai khuafah Ar-Rasyidin ke-5, karena sikap beliau yang hamper mewarisi mendiang kakeknya  khalifah Umar bin Khatab.
5.      Hisyam bin Abdul Al-Malik (724-743M)

Hisyam bin Abdul Al-Malik adalah kalifah ke-10 dalam pemerintahan Bani Umayyah. Dalam masa pemerintahannya beliau cukup lama menjabat sebagai khalifah yaitu berkira 18-19 tahun. Selama beliau menjabat banyak sekali perlawanan dari para pemberontak, walau Hisyam terkenal sangat kuat dan terampil.[10] Banyak hal yang dilakukan oleh khalifah Hasyim, seperti halnya saudara Al-Walid I, beliau merupakan pelindung seni yang besar sehingga mengakibatkan berkembangnya seni itu di negaranya. Selain itu ia juga membangun banyak sekolah-sekolah, mengawasi penerjemahan karya-karya besar sastra dan ilmiah kedalam bahasa arab dan yang terpenting dapat mempersatukan garis keturunan Umayyah. Dalam bidang militer beliau berhasil merredam kepemimpinan hindu dibawah pemerintahan Jai Signh di Sind, hal ini juga yang membuat Daulah Umayyah menegaskan kembali kekuasaannya di India.

Dalam penyerangannya ke wilayah Prancis Selatan, Khalifah Hisyaam mengutus panglimanya yang bernama Anbas bin Syuhain sebagai gubernur di daerah Andalusia menggantikan Sammah bin Malik Al-Khaulani yang gugur. Dengan kekuatan yang besar panglima Anbas percaya diri dengan menyebrang ke pegunungan Pyren dan menaklukan wilayah Nanbonne di Selatan Prancis. Selanjutnya ia meju ke Marseilles dan Avignon serta Lyon, menerobos wilayah Burgundy.[11] Kemenagan demi kemaenangan manambah kepercayaan diri Anbas sampailah kedaerah benteng sens letaknya sekitar 100 mil dari Paris ibu kota Neustria kala itu. Namun Karel Martel yang menjabat pejabat kala itu menghadang pasukan kaum muslim. Pasukan muslim pimpinan panglima Anbas kalah, panglima Anbas gugur dan pasukannya bertahan dalam Parancis Selatan.berita ini sampai ke Damaskus dan terdengar oleh Khalifah Hisyam. Khalifah Hisyam segera menunjuk pangima Al-Ghafiqi yang langsung menggantikan panglima Anbas yang gugur sebelumnya. Enam than setelah beliau menjabat sebagai panglima akhirnya beliau berhasil memukul mundur pasukan Karel Matel. Sejak saat itu nama panglima Al- Ghafiqi tersebar luas dikalangan rakyat Eropa. Karel Martel dan Raja Teodorick IV menyuruh seluruh warga Eropa untuk memberikan perlawanan kepada kaum muslimin sehingga menyebabkan panglima Al- Ghafiqi gugur.

Khalifa Hisyam wafat dalam usia 55 tahun, mananya cukup harum dalam sejarah peradaban islam, karena dalam ketegasannya beliau senantiasa mendengarkan nasihat dari para ulama. Sepeninggalan Khalifah Hisyam wafat para pemimpin Daulah Umayyah tidak hanya lemah namun juga bermoral rendah, disisi lain gerakan oposisi bertambah kuat. Sehingga pada masa pemerintahan khalifah terakhir Daulah Umayyah yaitu Marwan bin Muhammad pada 750 M Daulah Umayyah jatuh dan digantikan oleh Daulah baru yaitu Daulah Abbasiyah.




[1] Endah cute, 2012. Biografi khalifah muawiyyah. Ndahrahmadhani.blogspot.com.
[2] Ibid.
[3] Yatim, Badri. 2010. Sejarah peradaban islam. Jakarta.  PT. Raja Grafindo, Halaman 43.
[4] Aditya, Bayu. 2007. Sejrah keluarga bani umayyah. Bayuah.blogspot.com
[5] Endah cute, 2012. Biografi khalifah abdul malik. Ndahrahmadhani.blogspot.com.
[6] Id.wikipedia.com
[7] Hafazli. 2011, Umar bin Abdul Al- Aziz history bani umayyah. Hafazli.blogspot.com
[8] Ibid.
[9] Yatim, Badri. 2010. Sejarah peradaban islam. Jakarta.  PT. Raja Grafindo, Halaman 47.
[10] Badri Hasyim. Ibid. halaman 47.
[11] Republika.co.id

No comments:

Post a Comment